Tuesday, March 8, 2011

Dia ingin kita lebih cantik


Sepasang datuk dan nenek pergi ke sebuah kedai cenderamata untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian, mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik.

“Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya.

“Hmm, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” balas si datuk.

Ketika mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksudkan itu berkata. “Terima kasih untuk perhatian kalian. Perlu diketahui bahawa aku dahulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah selonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun satu hari, ada seseorang dengan tangan yang kotor melempar aku ke dalam roda berputar. Kemudian, dia mulai memutar-mutar hingga aku berasa pening. Berhenti! Berhenti! Aku berteriak. Tetapi orang itu berkata, belum! Lalu dia mulai menyodok dan menumbukku berulang-ulang kali. Berhenti! Berhenti! Teriakku lagi. Tapi orang itu terus saja menumbukku tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi, dia memasukkan aku ke dalam ketuhar. Panas! Panas! Teriakku dengan kuat.

Berhenti! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang itu berkata, belum! Akhirnya, dia mengeluarkan aku dari ketuhar itu dan membiarkan sehingga aku sejuk. Aku berfikir telah selesailah penderitaanku. Tetapi ternyata belum. Setelah sejuk, aku diserahkan kepada seorang wanita muda dan dia mulai mewarnai aku. Bau warna yang digunakannya begitu memualkan. Berhenti! Berhenti! Aku berteriak.

Wanita itu berkata, belum! Lalu dia memberikan aku kepada seorang lelaki dan dia memasukkan aku ke dalam ketuhar yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyeksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tetapi lelaki itu tidak peduli dengan teriakanku. Dia terus membakarku. Setelah puas ‘menyeksaku’, aku dibiarkan sejuk.

Setelah benar-benar sejuk, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku di dalam sebuah almari kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya kerana di dalam cermin di hadapanku adalah sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaan yang aku lalui sirna tatkala aku melihat diriku.”

PENGAJARAN: Begitulah Allah membentuk kita. Pada saat Allah SWT membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi, itulah satu-satunya cara bagiNya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaanNya.

Anggaplah sebagai satu kebahagiaan apabila kita jatuh ke dalam pelbagai dugaan, kerana kita tahu bahawa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu menghasilkan buah yang matang supaya kita menjadi lebih baik dan utuh.

Apabila sedang menghadapi ujian hidup, jangan berkecil hati kerana Dia sedang membentuk kita. Pembentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, kita akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk kita.

Lebih-lebih lagi Dia telah berjanji dalam kalan-Nya, “Oleh itu, maka (tetapkanlah kepercayaanmu) bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan. (Sekali lagi ditegaskan): Bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan.” Pada siapa lagi harus diletakkan sepenuh kepercayaan jika bukan pada Pencipta kita Yang Maha Agung.

Wallahu a’lam.

Sumber: Blues Selamanya, Isu 92.

Thursday, March 3, 2011

bohong

Tiap-tiap pekerjaan dosa yng dikerjakan oleh orang mu’min, Allah mengecap dia sebagai orang mu’min, kecuali perbuatan khianat dan dosa. Dalam keterangan yang lain disebutkan. Orang yang beriman bisa berzina dan mencuri, tetapi tidak mungkin bisa berbohong.
Agama Isalam merupakan agama yang sangat tinggi ajarannya. Orang-rang yang beriman sangat dilarang untuk berbuat bohong. Perbuatan bohong merupakan salah satu sifat dari orang munafik. Hadis di atas merupakan peringatan bahwa orang yang berdusta pada dasarnya bukan dari golongan dari orang yang beriman.
Kebiasaan yang banyak dilakkan oleh kebayakan orang adalah dengan mudahnya berbuat bohong. Padahal Isalam sangat melarang untuk berbuat bohong, walaupun dalam humor sekalipun. Rasulullah telah menerangkan bahwa “Orang yang berkata bohong demi sahabatnya tersenyum, aka Allah akan tetap mencatat sebagai dosa bohong. Orang dengan mudahnya berkata bohong dengan dalih “demi kebaikan”. Memag benar untuk kebaikan dibolehkan untuk berbuat bohong. Tetapi yang perlu diinat bahwa ukuran kebaikan ituditentukan oleh agama juga.
Ajaran Isalam yang agung bersifat universal dan elastis, sehingga larangan untuk berkata bohongpun diatur dan diberi kelonggaran. Dalam hal ini ada beberapa keadaan yang dibolehkan untuk berkata bohong dalam tigakeadaan:
1. Dalam keadan beperang. Hal ini dibolehkan untuk menyelamatkan dan memenangkan peperangan dalam melawan orang kafir.
2. Untuk menghindari pertumpahan darah. Hal ini diperuntukan untuk menghentikan permusuhan dan menghentikan persengketaan yang akan mengakibatkan terjadinya perkelahian atau pembunuhan.
3. Bohongnya suami terhadap istri atau sebaliknya. Hal ini dilakukan bukan perkara maksiat tetapi dalam hal kehidupan sehari-hari. Umpanya tentang pujian tentang msakan, pakaian, dandanan untuk tujuan menghibur dan bersenda gurau.

Dalam Alquran Allah banyak mengingatkan tentang hal ini, bahkan memberi julukan kepada mereka yang dusta dengan berbagai julukan yang ada:

1. Al-Mujrimuun

“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya Sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.” (Yunus: 17)

2. Al-Kafiruun

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir.” (Al-Ankabut: 68)

3. Al-Asyqaa

“yang mendustakan (kebenaran) dan (berpaling) dari iman.” (Al-Lail: 16)

4. Al-Mu’tad

“Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu, melainkan setiap orang yang melampui batas.” (Al-Muthaffifin: 12)

5. Adz-Dzalimuun

“Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim.” (Ali Imran: 94)

6. Al-Aatsimuun

“Perhatikanlah, betapakah mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah Dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka).” (An-Nisaa’: 50)

7. Al-Muftaruun

“Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).” (Yunus: 60)

8. Al-Munafiquun

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: ‘Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.’ Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (Al-Munafiquun: 1)

9. Al-Musrifun

“Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata, ‘Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah” padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu, dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu.” Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (Ghafir: 28)

Kalau kita perhatikan dari ayat-ayat di atas, kata Kadzibu bisa bermakna dusta atau bohong dan bisa bermakna ingkar, yaitu penolakan pendustaan. Dan setiap keadaan pelaku akan dihukum sesuai dengan apa yang didustakannya atau apa yang dijadikan kebohongannya.

Pada dasarnya setiap hukum kebohongan mempunyai dosa dan resiko sesuai dengan tingkat kebohonganya itu. Seperti dusta atas nama Allah dan Nabi-Nya, dusta dalam kehidupan dan lain-lain.

Dan seseorang apabila dia berdusta atau berbohong, maka pada dasarnya dia harus siap berbuat kebohongan yang lainnya untuk menutupi kebohongan yang pertama. Dan biasanya kebohongan memang harus bersambung atau sampai seorang itu mau menyelesaikan kebohongannya dengan mangaku dan menutup dengan taubat atau minta maaf kalau hal itu bersangutan dengan manusia. Dan banyak di antara kita yang hampir tidak memperhatikan hal ini, bahkan ada yang beranggapan kalau bohong sedikit tidak apa-apa atau tidak dosa. Artinya bohong yang diluar syar’i. Dan Nabi saw. mengancam keras bagi orang yang bohong atau dusta apa lagi mengatasnamakan beliau. Dalam riwayat Muslim dari Samura r.a., sesungguhnya Nabi saw. berkata, “Barangsiapa yang berbicara tentang aku, dengan suatu hadis yang hal itu sebenarnya dusta, maka orang itu dikatakan pendusta.”

Bohong yang secara syar’i dibolehkan dalam tiga kondisi:

1. Bohong dalam medan Perang atau jihad atau peperangan menghadapi musuh, yaitu yang kita kenal sekarang dengan istilah taktik atau strategi. Hal ini pernah dilakukan oleh Ali r.a. dalam perang tanding satu lawan satu dengan jagonya kafir quraisy yang berpengalaman. Singkatnya, ketika dia berhadapan dengan Ali r.a., maka Ali r.a. menoleh kesamping musuhnya (seolah-oleh orang itu ada kawannya), ketika orang itu menoleh kesamping langsung Ali r.a. membelah kepala musuh itu. Dan dalam hadis sahih dikatakan “Al-Harbu Khud’ah” (perang itu tipu daya).

2. Bohong untuk Islah atau memperbaiki hubungan dua orang yang sedang marah atau bermusuhan.

3. Bohong yang dalam urusan suami istri.

Dalam Riyadhus Sholihin, Imam Nawawi membawakan dalil dari Ummu Kultsum, dari Nabi saw. bersabda, “Tidaklah dikatakan Al-Kadzibu orang yang mengishlah antara manusia, dan dia berkata baik pada kedua belah pihak.” Hadis Bukhari no. 2692 atau Muslim no. 2605, dalam riwayat Muslim berkata, Ummu kultsum diberi keringanan tentang apa yang diucapkan manusia dalam tiga hal, yaitu dalam perang, ishlah antara manusia, dan ucapan seorang suami pada istrinya, dan istri pada suaminya.”

Dari sini jelas bahwa kebohongan yang bukan dasar syar’i, hendaknya kita hindari dan jauhi. Karena, hal ini memang sangat diancam dan dibenci oleh Allah dan RasulNya.

Dalam suatu riwayat Nabi saw. pernah ditanya, “Apakah seorang mukmin bisa penakut?” Nabi saw. menjawab, ” Ya, seorang mukmin mungkin saja dia penakut.” Apakah seorang mukmin bakhil, pelit? “Ya, seorang mukmin mungkin bisa pelit.” Apakah seorang mukmin dusta atau pembohong? Nabi saw. Menjawab, “Tidak!” (HR. Malik)

Dan sebagaimana kita ketahui bahwa bohong adalah salah satu dari tanda-tanda munafik. Sebagaimana hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Nabi saw. Bersabda, “Tanda seorang munafik ada tiga: kalau berbicara bohong, kalau berjanji ingkar, dan kalau diberi amanah (kepercayaan) khianat.”

Dan dalam riwayat Ahmad Nabi saw. Bersabda, “Sungguh suatu pengkhianatan yang besar apabila kamu bicara pada saudaramu dan dia membenarkan kamu, padahal kamu dusta.” (HR. Abu Daud)

Bahaya yang ditimbulkan dari dosa besar

Allah berfirman, “Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang di timpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka kami benamkan ke dalam bumi dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan; dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-Ankabut: 40)

Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu seperti di sebutkan oleh Ibnu Qoyyim rahimullah, sebagai berikut:

1. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di dalam hati, dan maksiat mematikan itu.

2. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad, “Seorang hamba bisa terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya.”

3. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada terasa kelezatan.

4. kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti perasaan di kegelapan malam.

5. Terhalangnya ketaatan.

6. Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya.

7. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf: Hukum kejahatan adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan melahirkan kebaikan lagi.

8. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.

9. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan kebanggaan dan kejayaan.

10. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.

Ganjaran orang yang meninggalkan dosa besar

Jika orang yang melakukan dosa besar akan menimbulkan efek negatif pada dirinya, keluarga, dan masyarakatnya. Sebaliknya, orang yang mampu dan berhasil menahan diri dari melakukan perbuatan dosa, akan mendapatkan ganjaran yang sangat besar disisi Allah, diantaranya:

1. Terhapusnya dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya

2. Digantinya kejahatan dengan kebaikan

3. Dimasukkan ke dalam surga

valentine's day

Sejarah telah membuktikan bahawa Valentine’s day merupakan hari memperingati seorang paderi Kristian yang dihukum bunuh. Hari yang juga sinonim sebagai hari kekasih ini, dilarang sama sekali disambut oleh masyarakat Islam.

Mengikut beberapa sumber, Valentine adalah nama bagi seorang paderi Kristian yang giat menyebarkan agama tersebut di Rom ketika pemerintahan Raja Rom yang bernama Claudius II. Pada masa pemerintahannya, Claudius II telah memenjarakan orang-orang Kristian kerana mengamalkan agama yang bertentangan dengan agamanya. Oleh kerana Valentine seorang penyebar agama Kristian, beliau juga telah ditangkap, diseksa dan akhirnya dihukum bunuh pada 14 Februari. Orang-orang Kristian menganggap bahawa Valentine merupakan seorang yang mulia kerana sanggup berkorban dan mati demi kasih sayangnya terhadap agama Kristian dan penganut-penganutnya. Dia disamakan dengan Jesus yang kononnya mati kerana menebus dosa yang dilakukan oleh kaumnya. Valentine bagi penganut agama Kristian adalah lambang kasih sayang sejati diantara seorang hamba dengan Tuhannya dan sesama manusia. Dikatakan juga bahawa ketika di dalam penjara, beliau telah jatuh cinta dengan anak salah seorang pegawai penjara dan sebelum dibunuh, beliau sempat menulis sepucuk surat cinta kepada gadis tersebut yang bertulis "From your Valentine".

Terdapat juga pendapat yang menyatakan bahawa Valentine adalah sempena hari kejatuhan kerajaan Islam Sepanyol. Paderi St. Valentino telah mengumumkan hari tersebut sebagai hari kasih sayang kerana padanya Islam adalah ZALIM! Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Namun, kemeriahan sambutan Valentine’day dalam masyarakat dunia pada hari ini tidak pernah surut malah sudah menular kuat dalam kalangan masyarakat Islam. Mereka beranggapan bahawa Valentine’day adalah masa yang sesuai bagi menunjukkan kesetiaan cinta dan kasih sayang bersama pasangan masing-masing.

Banyak publisiti yang menguar-uarkan berkenaan dengan tarikh 14 februari terutamanya di media elektronik dan tidak kurang hebatnya sumber daripada media cetak. Sesetengah daripada mereka merasakan ketinggalan zaman jika tidak sama-sama meraikan perayaan ini. Tambahan pula sebagai tanda sokongan, mereka turut membantu sebagai penggerak sambutan di mana-mana majlis pada hari tersebut. Dalam hadis Rasulullah s.a.w ada meriwayatkan, “Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.

Namun, tidak dapat dinafikan bahawa sudah ramai pihak yang bertangunggjawab yang berusaha melarang umat Islam menyambut Valentine’day ini. Hal ini demikian kerana, akan timbul suasana jahiliyah yang sangat menyedihkan seperti penzinaan yang berleluasa, pesta arak, dan akhirnya membawa kepada gejala pembuangan bayi. Seterusnya bakal meningkatkan lagi statistik kes jenayah dalam negara kita.

Oleh itu, kesedaran dalam diri terutama masyarakat Islam itu perlu ditingkatkan daripada sudut keimanan dan ketakwaan yang teguh kepada Allah swt. Hal ini kerana, agar diri kita terlindung daripada terjebak ke dalam kancah arus permainan masyarakat Barat yang cuba menyesatkan golongan Islam. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-An’am, ayat 116 “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Wallahu’alam.